Monday, February 22, 2010

[Hikmah] Pastikan Bunyi "Klikkk"


Malam itu, senang rasanya saat saya mendapat kabar bahwa hari Minggu ada agenda maen bareng temen-temen airsoft gun di Unjani, Cimahi. Maklumlah, sejak pindah ke Jogja dan saya kuliah, aktifitas hobi yang satu ini agak terabaikan, ya mau gimana lagi lha wong jadwalnya bentrok mulu. Meskipun ke Unjani itu cukup jauh, sekitar 30-45 menit dari tempat tinggal saya (dengan sepeda motor, pake sedikit ngebut..hihihi) tidak ada alasan buat saya untuk tidak hadir hari itu.

Malamnya meskipun sempat bingung karena ada beberapa agenda yang bersamaan waktunya di hari itu juga. Pertama, pergi ke Subang menghadiri jamuan makan dirumah seorang temen kuliah dan tentunya dengan temen-temen kampus. Kedua, hunting foto bareng yang sudah saya agendakan dari satu pekan sebelumnya yang sebenarnya lebih saya prioritaskan. Namun karena sampai Sabtu malam tidak ada kabar ya dengan terpaksalah saya batalkan. Saya ambil pilihan untuk datang ke Unjani maen softgun. Tapi karena pergi ke Subang juga ajakan yang dah dari beberapa hari sebelumnya dan malamnya saya juga dikonfirm oleh temen, akhirnya pagi itu saya samperin dulu temen-temen di meeting point yang menjadi kesepakatan bareng.

Paginya saya bangun agak kesiangan efek malemnya “kluyuran” hunting foto di seputaran Braga sampai Cikapundung, plus nongkrong bareng temen di Book fair. Subuh sih dah bangun, terus habis sholat beberes sebentar, nyiapin AEG (air elektrik gun) yang mau saya pake terus tidur lagi, bangun-bangun jam 8, padahal janjian ngumpul jam 8, artinya saya bakalan sangaddd terlambat tiba di lokasi.
Sesampai dilokasi ternyata yang lain justru belum pada datang dan setelah kroscek ke temen ternyata jadwal mainnnya diganti jam 10. Glubrakkkk…its okay, resiko ga update berita. Jam 12 teng, game pertama dimulai, dan satu jam kemudian permainan selesai (singkat cerita). Lebih senengnya lagi saya termasuk anggota tim yang menang karena berhasil menyisakan beberapa personil sampai game berakhir. Puasss rasanya. Hehehe*-*

Sedari awal memang saya agendakan saya berada di Unjani tidak lenbih dari jam 2 siang, karena kecenderungan akhir-akhir ini diatas jam segitu turun hujan. Jam 13.30 saya sudah pamitan ke temen-temen sedangkan yang lainnya menyambung dengan game berikutnya. Saya lihat awan gelap makin menyelimuti langit, segara saja saya meluncur kembali ke Bandung setelah sebelumnya mampir di masjid buat sholat dhuhur.

Memasuki daerah Pasteur, gerimis mulai turun, pertanda hujan akan segera tiba. Langit sebelah timur pun makin gelap, seakan mengabarkan berita bahwa di daerah itu hujan telah turun, dan itu daerah tempat tinggal saya. Gatsu. (hyaaaaaa kok jadi kayak cerita Novel??) Tepat sebelum jembatan layang Surapati hujan turun, saya menepi sebentar memakai raincoat. Tidak seperti biasanya, kali itu saya merasa akan lebih nyaman segera sampai di kosan meskipun resikonya saya harus berbasah-basah ria dengan air hujan karena raincoat saya cuma baju atasan aja. Sedangkan biasanya saya akan memilih berteduh sampai hujan reda, apalagi hari itu di tas ada kamera DSLR kesayangan yang sangat riskan kalo kena air. Tapi iniliah takdir, ego saya berkata lain. Ego saya berkata bahwa saya harus segera sampai kosan, mandi, ganti baju sebentar karena basah lalu tidur.

Seperti biasanya, sepulang dari Kampus, saya selalu mengambil rute samping gedung sate, terus ke belakang lewat jalan Bengawan dan akan berakhir di jalan A. Yani lalu lanjut ke Jalan LAswi, belok kiri sampailah saya di jalan Gatsu. Sesampai daerah gedung sate hujan masih terus turun, bahkan sesekali lebih deras, tapi sekali lagi ego saya mengajak saya untuk terus lanjut meskipun feeling saya meminta saya untuk menepi.

Memasuki jalan samping gedung sate jalanan lumayan sepi, hanya beberapa ekor kuda yang diikat pemiliknya di tepian jalan. Kuda-kuda wisata yang turut memeriahkan pasar pagi Gazrebo. Sesampai jalan Bengawan, jalanan juga sepi tidak banyak kendaraan melintas. Didepan saya hanya ada beberapa sepeda motor da mobil. Laju mereka cukup lambat, membuat saya tidak sabar untuk menyalipnya.

Tepat sebelum sebuah taman kecil didekat container sampah saya berhasil menyalip sebuah sepeda motor, dan satu lagi sebuah mobil. Saya pun ambil posisi kanan dan cukup dekat dengan jarak mobil. Persis didekat taman, mobil itu mengerem, tanpa berfikir panjang saya ambil kesempatan itu untuk menyalip dari kanan, tetapi ternyata mobil itu mengerem karena menghindari lubang yang cukup dalam. Itulah takdir. Tidak ada kesempatan buat saya menghindar atau sekedar mengerem meskipun laju motor saya tidak terlalu kencang. Ban depan masuk lubang itu. Motor tidak bisa lagi saya kendalikan. Saya terpelanting bersama rifle bag yang awalnya saya taruh didepan.

Saya masih cukup sadar dan ingat seperti apa saat saya jatuh. Saya tersungkur ke jalan dengan bagian tangan terlebih dahulu yang mencoba menaham badan saya sebelum terjerambab ke Jalan, kemudian kepala saya. Sepertinya tangan kiri saya waktu itu kurang cepat mengikuti gerakan tubuh saya sehingga ia tertindih entah bagian mana dari sepeda motor. Alhamdulillah hanya kelingking kiri dan telapaknya yang lukanya lumayan. Hihiihi…sedangkan bagian lainnya hanya lecet-lecet karena gesekan dengan aspal.

Kepala? Masih teringat jelas saat saya tersungkur dan kepala ini menyentuh aspal jalan sehingga masih sedikit menyisakan ruam lebam di bawah pelipis kanan. Saya sangat bersyukur tidak sampai lecet atau luka. Kini saya menyadari hikmahnya memakai helm. Meskipun kadang malas, namun saya senantiasa memaksakan diri memakai helm/pelindung kepala. Dan memang sedari dulu saya cukup hati-hati dengan bagian tubuh yang satu ini. Saya juga lebih suka dan nyaman menggunakan helm standar ketimbang helm “gaul” yang kadang kualitasnya meragukan, sekedar menang “gaya”. Saya terngiang dengan kejadian itu. Seandainya saya tidak memakai helm, hanya gara-gara saya malas dan ga mau ribet. Naudzubillahi min dzalik…ini semua kehendak dan pertolonganMu ya rabb.

Bicara soal helm atau pelindung kepala, saya cukup terinspirasi dengan perkataan si tokoh “hulk” dalam film itu. Dalam sebuah adegan si tokoh (aduhh lupa namanya) berkata kepada temen-temennya yang suka mengejek dia karena kemana pun dia bersepeda dia selalu mengenakan helm. Kurang lebih seperti ini perkataannya “Kepala saya, dan otak yang ada didalamnya terlalu berharga untuk cidera hanya gara-gara saya lalai mengenakan helm”. Sejak itulah saya makin yakin bahwa mengenakan helm dengan baik dan sesuai standarnya bagian dari ikhtiar kita dalam menjaga karuniaNya yang teramat berharga ini.

Ya, karena kepala ini, organ yang sangat vital, diantara organ vital lainnya. Di kepala lah otak kita Alloh simpan. Dari otak lah segala gerak langkah kita dikendalikan. Dengan otaklah kita bisa berfikir, menciptakan karya-karya besar. Merangkai mimpi, dan menggambarkan segala apa yang kita cita-citakan. Pernah lihat orang yang terkena stroke? Atau melihat orang yang kerja otaknya dengan gerak tubuhnya tidak lagi singkron? So, pastikan selalu kita telah melindunginya. Gunakan pelindung kepala sesuai peruntukkannya. Paksakan meskipun rasa malas mendera. Termasuk saat kita harus terpaksa naik ojek dengan helm bulukan yang super pengap karena dah ratusan kali berganti kepala pemakainya. Paksakan demi kebaikan. Dan pastikan pula kita telah munguncinya. Pastikan bunyi “klikk”.
(lah kok ujung-ujungnya ngiklanin Satlantas?)



Especialy dedicated for bikers

No comments: