Saturday, June 13, 2009

Sehatkan Bunda dan Balita

Jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 39 juta orang (17,75%) dari total penduduk sebesar 220 juta orang (BPS, Maret 2006). Masih ada 28% balita di seluruh Indonesia yang belum memperoleh akses terhadap imunisasi. Jumlahnya mencapai 1 juta balita, yang memperlihatkan kerentanan mereka terhadap penyakit menular yang bisa berakibat kematian (Ringkasan Laporan Perkembangan Milenium Developmen Goals Indonesia, 2005). Data Sensus Kesehatan tahun 2002-2003 menunjukkan bahwa 48,7 % masalah akses pelayanan kesehatan disebabkan karena kendala biaya, jarak dan transportasi.

Dalam situs Gizi.net yang dituliskan pada Rabu, 3 September, 2003 oleh: Siswono, angka kematian Ibu, di Indonesia tertinggi di ASEAN
sedikitnya 18.000 ibu meninggal setiap tahun di Indonesia karena kehamilan atau persalinan. Hal itu berarti setiap setengah jam seorang perempuan meninggal karena kehamilan atau persalinan. Akibatnya, setiap tahun 36.000 balita menjadi anak yatim. Tingginya angka kematian ibu itu menempatkan Indonesia pada urutan teratas di ASEAN dalam hal tersebut. Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001 menyebutkan angka kematian ibu di Indonesia 396 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah itu meningkat dibandingkan dengan hasil survei 1995, yaitu 373 per 100.000 kelahiran hidup.

Angka kematian ibu di Indonesia cukup buruk dibandingkan dengan negara Vietnam. Angka kematian ibu di negara tetangga itu tahun 2003 tercatat 95 per 100.000 kelahiran hidup. Negara anggota ASEAN lainnya, Malaysia tercatat 30 per 100.000 dan Singapura 9 per 100.000.
Departemen Kesehatan menargetkan tahun 2010 angka kematian ibu turun menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup. Apakah target ini bisa dicapai?
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan angka kematian ibu, misalnya melalui program Maternal and Child Health, Safe Motherhood, Gerakan Sayang Ibu, dan Making Pregnancy Safer. Sayangnya, kasus kematian ibu tetap saja tinggi. Ditilik dari sisi teknologi, sebetulnya tidak banyak kendala menurunkan angka tersebut. Menurut Ketua Umum Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia, Prof dr Gulardi H Wiknjosastro, sekitar 15 persen ibu terancam kematian saat hamil dan bersalin karena penyakit dan komplikasi.

Kasus semacam ini hanya dapat ditangani secara modern. Bila cara modern itu ditempuh, 85 persen kematian ibu bisa dicegah. Dengan demikian, tidak perlu ada lagi balita menderita karena kematian ibu.
Menteri Kesehatan RI Dr Siti Fadilah Supari dalam memberikan pidato sambutan yang dibacakan oleh Kepala Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan, Depkes, Dra Nasirah Bahaudin MM, dalam Diskusi Panel “Kiprah dan Peran Dokter dalam Pembangunan” yang diselenggarakan dalam rangka Peringatan 100 Tahun Boedi Oetomo, di Gedung Auditorium Fakultas Kedokteran UGM, yang saya kutipkan dari situs portal UGM, beliau menyampaikan bahwa pada tahun 2009 departemen kesehatan menargetkan pengurangan angka kematian ibu dari 26,9 persen menjadi 26 persen per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi berkurang dari 248 menjadi 206 per 100 ribu. Sementara angka harapan hidup berkisar rata-rata 70,6 tahun.

Di tahun 2007, angka kematian bayi mencapai 26,9 persen per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian ibu berkisar 248 per 100 ribu kelahiran. Sedangkan di tahun 2004, angka kematian bayi sekitar 30,8 persen per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian ibu sekitar 270 dari per 100 ribu kelahiran.
Menkes juga sempat menyinggung jumlah penderita gizi buruk. Konon, di tahun 2007, jumlah penderita gizi buruk kita sekitar 21, 3 persen dari seluruh anak balita.
Menkes menjelaskan, risiko kasus gizi buruk yang dialami pada keluarga miskin sekitar 3,5 kali lipat lebih tinggi dari pada keluarga kaya. Kasus gizi buruk, kematian ibu dan anak ini, kata Menkes, cukup mendapat perhatian dari pemerintah ditengah sedang mewabahnya kasus malaria, polio, DBD, dan flu burung.
Menurutnya, prioritas pembangunan di bidang pendidikan dan kesehatan menjadi hak yang sangat penting di tengah era globalisasi dan penentuan angka indeks pembangunan manusia (IPM). Saat ini posisi IPM Indonesia berada di urutan 107 dari 177 negara, setingkat dengan Vietnam. Tentunya posisi ini masih di bawah Malaysia, Thailand dan Singapaura.

Maka Rumah Sehat Indonesia, sebagai salah satu lembaga yang menfokuskan diri membantu masyarakat dalam hal kesehatan khususnya kesehatan ibu dan anak terus berupaya menghadirkan program-program layanan yang syarat manfaat kepada masyarakat dan turut serta berperan membantu pemerintah dalam upaya mengurangi angka kematian ibu dan anak. Serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara umum.
Pada tahun 2006 akhir, kami mendirikan Rumah Bersalin Gratiis di 2 lokasi yaitu Jakarta dan Bandung. Satu tahun kemudian disusul dengan berdirinya Rumah Bersalin Gratiis di 3 kota sekaligus yaitu Semarang, Yogyakarta dan Medan. Serta di 2008 ada dua kota yaitu Surabaya dan Pekanbaru.

Rumah Bersalin Gratiis (RBG) adalah sebuah unit layanan kepada masyarakat dengan lebih difokuskan untuk memberikan pelayanan persalinan secara gratis kepada masyarakat dhuafa yang telah didaftar sebagai member. Selain layanan persalinan gratis, kami pun memberikan pelayanan kesehatan yang lain seperti layanan kesehatan ibu dan anak (KB, imunisasi,dll), khitanan, operasi katarak, operasi hernia, operasi bibir sumbing, siaga sehat, siaga gizi, pengantaran pasien dan pengantaran jenazah. Yang semuanya itu kami berikan kepada masyarakat secara gratis.
Untuk mengakses layanan yang kami berikan sangatlah mudah, yaitu dengan menunjukkan surat keterangan domisili dan surat keterangan tidak mampu dari aparat setempat. Bahkan bila calon penerima manfaat mengalami kesulitan dalam mendapatkan surat keterangan tidak mampu (SKTM) dari aparat setempat maka cukup diwakili dengan SKTM yang dikeluarkan oleh DKM Masjid dimana dia tinggal. Hal ini kami tujukan agar akses masyarakat kepada layanan kesehatan lebih simpel dan efisien secara waktu.
Khusus untuk layanan persalinan kami tambahkan syarat yang lebih spesifik yaitu harus ada surat nikah, KTP suami-istri dan usia kehamilan tidak lebih dari 7 bulan kehamilan. Hal ini kami maksudkan agar ketika terjadi kelainan atau hal-hal yang diprediksikan akan terjadi dalam proses persalinan nantinya bisa dipersiapkan sejak dini seperti ketika si pasien nantinya harus melahirkan melalui operasi caesar maka sejak kehamilan 7 bulan baik member ataupun lembaga bisa mempersiapkan segala sesuatunya lebih dini, seperti biaya operasi dan kesiapan mental si pasien dan keluarganya.

Sejarah terus mengantarkan RBG ini menjadi layanan unggulan Rumah Sehat Indonesia kepada masyarakat dalam bidang kesehatan. Ditahun 2007 dengan 5 lokasi RBG, kami telah melayani sekurang-kurangnya 592 pasien persalinan. Tahun 2008, jumlah penerima layanan pun terus meningkat seiring dengan pemantapan layanan dan fasilitas, yaitu 1.338 pasien persalinan
Tahun 2008, kami berhasil mendirikan dua cabang baru RBG di dua kota yang berbeda yaitu Surabaya dan Pekanbaru. Meskipun terbilang baru, keberadaan dua cabang tersebut memberikan angin segar bagi masyarakat disekitar lokasi pendirian RBG tersebut khususnya dan masyarakat kota tersebut secara luas.
Selain program RBG kami pun memberikan layanan persalinan gratis yang lebih mudah dijangkau oleh masyarakat. Di beberapa kota kami mendirikan program yang kami beri nama LBG (layanan bersalin gratis) yaitu sebuah program kerjasama antara Rumah Sehat Indonesia dengan bidan mitra yang bertujuan memberikan pelayanan bersalin secara gratis. Operasional yang dikeluarkan oleh bidan mitra dalam memberikan layanan kepada para dhuafa ditanggung sepenuhnya oleh lembaga sesuai dengan nominal yang disepakati diawal. Untuk persyaratan bagi masyarakat yang ingin mendapatkan layanan ini sama dengan syarat yang berlaku pada member RBG.
Pada tahun 2008 LBG telah berhasil didirikan di 16 kota dengan 22 titik lokasi. Dengan jumlah total persalinan sebanyak 207 persalinan. Sedangkan pada tahun 2009 ini antara Januari sampai dengan Maret telah memberikan layanan persalinan sebanyak 103 persalinan.

Selain layanan persalinan sebagai fokus program, Rumah Sehat Indonesia juga memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa layanan operasi gratis diantaranya operasi katarak, operasi hernia, operasi bibir sumbing dan khitanan massal. Sampai dengan maret 2009 ini telah memberikan layanan operasi katarak sebanyak 1.062 pasien, operasi hernia 172 pasien, operasi bibir sumbing 50 pasien dan khitanan massal sebanyak 7.821 pasien.

Juli 2008, saya diberikan amanah untuk memegang divisi HealthCare Control, yang bertugas mengelola seluruh RBG dan LBG (bidang manjerial non medik) dalam memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat, saya dituntut untuk bisa terus mengembangkan layanan ini baik dalam hal kualitas ataupun kuantitasnya seperti layanan ambulance, layanan kesehatan umum, operasi, dan tentunya persalinan yang menjadi layanan utama kami.

Sejak masuk di divisi ini saya pun berusaha untuk bisa berkontribusi jauh lebih baik. Selama berada di divisi ini sampai sekarang, saya telah berkarya diantaranya, mengawal penambahan armada ambulance sebanyak 4 unit dan mobil klinik keliling 1 unit. Sedangkan layanan LBG telah menambahkan pembukaan cabang di 8 kota yaitu Lampung, Banjarmasin, Cilegon, Pontianak, Aceh, Cirebon dan Makassar.
Sebagai generasi muda saya bercita-cita bisa menjadi bagian dari sebuah generasi yang akan membawa bangsa ini pada peradaban baru yaitu indonesia yang lebih sejahtera dan masyarakat yang lebih baik kualitas kesehatannya. Saya bersyukur karena bisa berkontrubusi dalam usaha membantu mengurangi angka kematian ibu dan anak melalui lembaga tempat saya mengabdi sekarang ini. Meskipun angkanya mungkin tidak terlalu besar.

Apapun peran yang harus saya mainkan. Saya akan berusaha me-lakoni-nya dengan sebaik yang bisa saya persembahkan. Apapun itu. Meskipun saya hanya menjadi “alas kaki”, tapi saya akan menjadi “alas kaki” yang akan mengantarkan bangsa ini menemukan jati diri yang sesungguhnya, sebagai bangsa yang besar dan bermartabat di mata bangsa-bangsa yang lain di dunia ini. Hingga kelak akan terwujudlah kejayaan bangsa ini.

Dunia Tersihir Facebook

Tulisan ini sudah pernah saya posting di bulan Maret lalu, tapi sekarang kok pengin repost ya?..ya udah deh, moga isinya ga basi..
************
Demam facebook sedang melanda. Orang seperti keranjingan berbagai informasi, rasa, canda, tawa, hasrat, ekspresi, dan impian lewat jaringan sosial di dunia maya ini. Bahwa di dunia nyata sehari-hari mereka tidak saling menyapa, itu persoalan lain. Beginilah cara modern generasi sekarang memelihara relasi sosial dan kekerabatan.
Paragraf diatas saya kutip dari paragraf pertama Kompas Minggu, 15 Maret 209 halaman 17. akhir-akhri ini, diberbagai media sedang hangat-hangatnya membahas tentang facebook, baik dampak positif dan dampak negatifnya yang harus kita waspadai. Bahkan Kompas sendiri hari itu menyediakan hampir 3 halamannya (hal 17, 18 dan 29) khusus untuk membahas tentang facebook. Setelah sebelumnya di harian Suara Merdeka juga membahas hal yang sama.
Facebook sebuah situs jejaring sosial yang saya kira sudah tidak asing lagi untuk sebagian dari kita. Saya sendiri termasuk bagian dari pengguna situs ini sekitar awal 2009 yang lalu. Awalnya saya cuek dengan ajakan teman untuk joint. Karena terlalu banyaknya situs jejaring yang saya ikuti seperti Flixer (khusus penggemar film), Goodreads (khusus penggemar buku), Slideshare (khusus penggemar power point), Friendster, dll yang memiliki kekhususan tertentu. Tapi setelah membaca artikel di koran dan beberapa media bacaan lain yang membahas bagaimana Barak Obama memenangkan pemilihan presiden Amerika, yang konon katanya mendapatkan dukungan baik dana dan suara salah satunya dari komunitas yang ada di situs ini. Rasa penasaran lah yang akhirnya menyedot saya bergabung.
Berikut ini saya rangkumkan dari beberapa kolom artikel Kompas Minggu tentang apa itu facebook. Semata-mata agar lebih simpel untuk dibaca tanpa bermaksud mengurangi isinya.
**********
Kekerabatan baru
Mark Zuckerberg (24) memperkenalkan “the fb”, namanya saat itu, pada februari 2004, dari kamarnya di asrama Harvard University. Dengan dibantu beberapa teman, Zuckerberg membuat jejaring mahasiswa melalui internet agar dapat saling mengenal. Dalam 24 jam, 1.200 mahasiswa Harvard bergabung dan segera jejaring ini menyebar ke kampus lain.
Kini, fb diterjemahkan ke dalam 30-an bahasa, termasuk bahasa Indonesia dan Arab, dan dalam proses penerjemahan kedalam 60 bahasa lain. Dengan pengguna begitu besar, pada tahun 2007 Microsoft rela membayar 240 juta dollar AS (wuihh..berapa rupiah tuh?) untuk mendapatkan 1,6 persen saham fb. Ini berarti fb saat ini bernilai 15 miliar dollar AS.
“bila kita ingin berhasil pada abad ini, kita butuh lebih saling berhubungan dan kita butuh lebih megetahui dari mana orang-orang datang dan kita butuh lebih untuk saling terhubung” kata Zuckerberg (Grown Up Digital, 2009)
Apa sebenarnya daya tarik fb?
Linda Fitriesti, PR Trans7, mengatakan, di situs itu dia bisa melihat foto, ekspresi, dan mengetahui aktivitas teman-temannya. “Biasanya, gue akan memberikan komentar-komentar gokil. Kalau mereka membalas, gue seneng banget. Rasanya, gue eksis,” ujarnya.
Disitus ini Anda memang bisa melihat dan dilihat orang, mengetahui dan diketahui orang. Mengomentari dan dikomentari orang tanpa ada yang melarang. Hasrat narsistik setiap orang pun benar-benar bisa terlampiaskan. Tengoklah foto-foto seperti apa yang dipasang pengguna fb. Kalau bukan foto keluarga dan teman-teman lama, mereka hampir pasti menyisipkan foto nampang di luar negeri atau pada momen-momen spesial (semoga ga ada yang tersinggung, tulisan di Kompasnya asli kayak gini, suerrr).
Tengok pula pesan-pesan yang ditulis di dinding fb. Hampir semuanya masalah reemeh-temeh. Putri (26), ibu rumah tangga di Ciputat, misalnya, menulis pesan yang isinya sekedar mengabarkan bahwa dia sedang deg-degan menunggu apakah adonan kue donatnya akan mengembang atau bantat. Di Aceh, Mahdi mengabarkan, dirinya sedang menghangatkan makanan kiriman ibunya. Di Bekasi, Herry mengabarkan sedang minum kopi.
Pesan Herry itu dikomentari seorang teman:”Busyet, pagi-pagi udah ngopi. Kopinya apaan?” “Mau tau aja lu,” balas Herry. Tapi banyak juga status yang serius dan berbau propaganda. Begitulah. Seremeh-temeh apapun yang dibicarakan orang di fb, situs ini terbukti sukses menjadi media komunikasi baru yang sanggup merajut relasi sosial. Proses terbentuknya jaring sosial dan persahabatan di fb berlangsung cepat. Di fb, orang tak hanya mencari, tetapi juga dicari. Penulis sendiri, banyak silaturahmi dengan temen-temen SMP dan SMA yang sempat terputus, kembali tersambung di situs ini.
Namun, fb bukannya tanpa cacat. Peringatan datang dari para peneliti dan penulis buku Don Tap Scott. Dia menyebut, remaja sering kali terlalu bersemangat menggunakan fb untuk memperlihatkan identitas pribadinya sehingga tidak ada lagi yang disembunyikan, termasuk mungkin bolos sekolah atau keisengan lain remaja (Grown Up Digital, 2009).
Sebuah perusahaan penerbitan di Jakarta melarang karyawannya membuka fb di kantor karena khawatir menghabiskan jam kerja dan memberi beban tambahan pada server komputer.
Jelas, teknologi internet mengubah cara manusia berinteraksi, tetapi interaksi di internet pun sangat dipengaruhi cara manusia berinteraksi dalam dunia nyata.
Prof BJ Fogg, penyelenggara mata kuliah Psychologi of Facebook di Standford University, menggambarkansebagai, “Facebook saat ini menang karena menempatkan teman pada posisi terpenting. Cara kita berteman membentuk pengalaman kita di internet. Tidak ada teknologi lebih baik daripada pertemanan kita.”
So, akhir kata penulis mengajak pada kita semua terutama diri sendiri untuk lebih bijak dalam memanfaatkan teknologi. Jangan sampai kita terlena. Lebih asyik berteman dengan orang-orang di dunia maya dan lupa dengan orang-orang disekitarnya. Atau juga karena keasyikan kita menjadi lupa waktu, apalagi kalau sampai menghabiskan jam kerja dikantor hanya untuk berselancar di fb.
Keep spirit and powerfull to work....