Sunday, September 13, 2009

Jogja: i’m coming


Sekedar refleksi perjalanan setelah sepekan ada di Jogja.
Cerita ini sendiri berawal dari sekitar awal juli yang lalu. Saat kami manajemen dipusat menerima surat pengunduran diri manager rumah bersalin cabang Jogja. Pengunduran diri itu karena yang bersangkutan akan menikah dan setelah itu mengikuti suami. Posisi manager buat kami posisi yang cukup strategis karenanya kami butuh perencanaan dan analisis yang cukup matang untuk menempatkan seseorang sebagai pengganti. Akan tetapi melihat waktu yang cukup mendesak dan relatif pendek maka diputuskanlah bahwa untuk sementara waktu akan ditugaskan orang pusat untuk meng-hadle beberapa waktu sampai dengan adanya SDM pengganti yang siap.

Beberapa nama pun muncul sebagai kandidat yang akan ditugaskan ke Jogja, salah satunya saya. Dan entah kenapa, saya tidak merasa sedikitpun keberatan seandainya saya memang harus ditugaskan ke Jogja. Meskipun konsekuensinya saya harus meninggalkan Bandung dan berjuta kebahagiaan yang selalu hadir menyertai saya selama saya tinggal. Dan saya cenderung ambisius untuk segara diberangkatkan ke Jogja. Banyak yang menarik buat saya yang terfikirkan saat itu kalau memang saya jadi ke Jogja.

Pertama, saya merasa bahwa aktifitas saya selama di Bandung sudah mulai stagnan dan saya merasa bahwa saya perlu hal-hal baru yang bisa menginspirasi atau menambah kebaikan untuk diri saya dan amanah-amanah yang saya emban. Kedua, selama ini saya hanya bertugas dibalik meja, didepan monitor tanpa saya tau seperti apa permasalahan yang sebenarnya dengan kebijakan-kebijakan yang kami orang-orang pusat buat. Sehingga dengan saya pernah merasakan memimpin cabang secara langsung, saya bisa merasakan secara real, kenyataan dilapangan dalam mengimplementasikan sebuah kebijakan yang dibuat dan itu sebuah masukan yang sangat berarti saat saya kembali bertugas di pusat nanti. Dan ketiga, saya butuh suasana baru dan ruang waktu yang berbeda untuk menyusun kembali rencana-rencana hidup saya yang tertunda, menata kembali cita-cita. Dan muhasabah diri, terhadap apa yang sudah saya kerjakan selama ini.

Jogja: i’m coming

Akhirnya awal agustus keputusan kapan saya harus berangkat ke Jogja diputuskan bersamaan dengan diterbitkannya surat tugas. Per tanggal 22 Agustus, saya diminta sudah berkantor di Jogja. Awalnya saya akan berangkat per tanggal 7 Agustus sekaligus menghadiri acara milad kedua kantor cabang dan hari ahadnya menghadiri pernikahan manager cabang yang mengajukan resign tadi. Namun karena satu dan lain hal, rencana itu ditunda dan yang hadir ke Jogja akhirnya dokter Yudi selaku pimpinan kami.

Dengan tekad yang bulat, jumat 21 Agustus pagi saya memesan satu kursi travel untuk keberangkatan malamnya. Karena sudah cukup dekat dengan perusahaan travel tersebut, pagi-pagi itu saya telpon langsung ke pemiliknya, meskipun dijawab kantor belum buka namun si pemilik menyanggupi pesanan saya itu dan berjanji nanti akan ada petugasnya yang akan menghubungi saya kembali setelah jam kantor buka. Dan benar, selepas acara brifing pagi dikantor, seorang petugas dari perusahaan travel tersebut menghubungi saya dengan mengatakan bahwa sudah dicatatkan nama saya dalam daftar penumpang yang akan diberangkatkan malan nanti dengan jurusan Bandung-Jogja. Yang menarik lagi, saya masih dapat kursi nomor 3, ini deretan kursi favorit untuk kita yang terbiasa naik travel karena deretan kursi nomor 2-3-4 [untuk travel yang satu barisnya isi 3] ini mempunyai jarak dengan kursi depannya yang lebih longgar sehingga kaki kita akan lebih nyaman untuk digerakkan ketimbang deretan kursi-kursi dibelakangnya.

Alhamdulillah, saya merasa lega saat sudah dapat kepastian tiket travel, artinya persoalan transportasi sudah teratasi. Kemudian karena saya tipe orang yang suka kluyuran alias jalan-jalan, maka saya rasa si Belalang Tempur, motor tercinta [emang, karena motor atu-atunya] wajibun dan kudubun harus menyertai saya selama saya bertugas di Jogja nanti. Akhirnya sore itu saya datang ke stasiun untuk mengirimkannya berangkat ke Jogja. Saya memilih menggunakan ekspedisi kerata api karena relatif lebih aman dan cepat. Sesampai distasiun saya langsung disamperin oleh seorang karyawan perusahaan ekspedisi. Dan saya langsung sapa dengan mengatakan bahwa saya mau kirim motor ke Jogja dengan catatan besok pagi harus sudah sampai. Pihak ekspedisi mengiyakan, kemudian saya menandatangani slip pengiriman barang. Karena saya masih eman banget dengan si Belalang Tempur [maklumlah masih baru coy], saya minta untuk di packing meskipun resikonya saya harus keluar kocek lebih untuk biaya packing. Ah ga papa batin saya, yang penting si Belalang Tempur aman. Jangan sampai nanti sesampainya di Jogja body-nya lecet-lecet. Huhhh...

Tidak lebih dari 10 menit, saya tengok ke ruang belakang dari perusahaan ekspedisi itu, si Belalang Tempur sudah terbungkus rapi bahkan hampir tidak terkenali. Terus saya cek ke petugas yang packing apakah bensinnya sudah dikeluarkan atau belum karena kalau ada bensinnya cukup berbahaya bisa menyebabkan kebakaran karena suhu ruang gerbong kereta. Perusahaan ekspedisi yang sudah berpengalaman harusnya sudah tahu tentang prosedur ini [mengosongkan tangki BBM motor yang dipaketkan]. Alhamdulillah akhirnya urusan si Belalang Tempur selesai. Saya kembali lagi ke kantor. Karena masih ada beberapa hal yang harus saya kerjakan sebelum saya tinggalkan Bandung.

Sesampainya dikantor, saya kerjakan beberapa tugas yang belum selesai dan terutamanya memindahkan seluruh data dari PC saya ke Hardisk eksternal. Selain pekerjaan kantor, saya juga menghubungin beberapa teman dan kolega yang selama ini berhubungan dengan saya untuk beberapa pekerjaan atau kegiatan diluar kantor. Salah satunya adik-adik TPA yang rajin datang belajar baca tulis al quran. Setalah beres, saya segera kembali ke kosan untuk packing barang-barang yang akan saya bawa ke Jogja nantinya, sembari menunggu proses pemindahan data yang lumayan lama karena saking banyak dan besarnya file.

Sekitar pukul 18.30 urusan packing selesai, saya segera pergi ke depan gang untuk memanggil becak yang akan mengantar saya membawa barang dari kosan ke kantor, karena saya janjian dengan travel untuk dijemput di kantor yang jaraknya tidak begitu jauh dari kosan. Sampai dengan pukul 19.30an data yang saya transfer belum juga selesai, mulai lah rasa cemas itu muncul karena kalau sampai travelnya datang berarti saya harus meng-cancel proses transfer data tersebut. Dan kecemasan itu terjadi. Di layar saya lihat proses baru berjalan sekitar 40% dan sangat tidak mungkin kalau saya harus meminta travelnya menunggu. Akhirnya dengan terpaksa saya cancel proses pemindahan data itu. Fiyuhhhh

Beres itu semua, saya pamitan ke security dan masuk ke travel yang akan mengantarkan saya ke Jogja. Kaget saya waktu saya masuk, ternyata penumpangnya cuma satu dan menjadi dua dengan saya. Weleehh..weleehhh gumam saya, tapi ini seperti rejeki nomplok buat saya, karena selain kendaraan jadi lega, kami [penumpang] akan lebih leluasa mengatur perjalanan [kapan berhenti? Kapan makan?] apalagi ini hari pertama ramadhan, saya pribadi tidak ingin kehilangan momen atau start bulan ramadhan ini dengan melewatkannya begitu saya semisal soal tarawih dan sahur karena harus berangkat selepas isya’ dan baru sampai selepas subuh.

Setelah ada kesepakatan dengan penumpang yang satunya, kami putuskan untuk mampir sholat malam dan sahur di karanganyar daerah setelah kebumen kalo menuju ke Jogja dari Bandung. Alhamdulillah kami masih berkesempatan menikmati hari pertama ramadhan tahun ini meskipun menikmatinya di perjalanan tidak seperti biasanya dengan keluarga [orang tua maksudku]. Kasihan lagi penumpang satunya, dia ternyata selama ini meninggalkan anak istrinya di Jogja karena dia sendiri sedang mengambil program S2 di Unpad Bandung, dan baru bisa pulang ke Jogja dua pekan sekali. Dan hari itu beliau pulang untuk menikmati hari pertama ramadhan bersama orang-orang yang beliau sayangi. Huhhhh...jadi ilmu baru nih. Saat aku berkeluarga kelak, harus siap kalau terpaksa harus terpisahkan oleh jarak dan waktu dengan anak dan istri.hekeekeke...*naudzubillah..

Alhamdulillah, karena penumpangnya cuma dua orang, sekitar pukul 05.30 saya sudah sampai di kantor cabang Jogja. Karena kamar kos yang saya pesan belum fix maka saya memilih untuk transit dan istirahat sementara di ruang istrirahat kantor. Meskipun kamarnya kecil, tapi lumayanlah untuk sekedar merebahkan badan melepas lelah sepanjang 9 jam perjalanan Bandung-Jogja sebelum mengawali aktifitas hari itu.


Jogokariyan, 8 ramadhan 2009

No comments: